Minggu, 17 Januari 2010

Ketika Anak Itu Pindah ke Kota

Hai para blogger mania! Hehehe. :D Sekarang aku mau cerita tentang aku yang baru aja jadi anak metropolitan.

Ok, aku baru kira-kira 7 bulan tinggal di Tangerang (baca: kota). Sebelumnya aku nggak pernah tinggal di kota besar, khususnya di daerah Jabodetabek. Memang, aku lahir di Malang. Tapi aku nggak pernah tinggal di Malang. Jadi, bisa dibilang, aku truly anak Sengata, anak hutan (don't read 'orang utan', please!) Hahaha.

Nah, oleh karena aku pendatang baru di kalangan anak kota, aku rada kagok juga dengan gaya hidup di sini. Pertama soal uang jajan. Yap, uang jajan. Dulu waktu aku di Sengata, Rp. 1000 itu udah bisa dipake jajan makanan. Nasi kuning aja dapet! Jadi, aku biasanya bawa uang Rp. 5000 aja sehari (biasanya buat jaga-jaga, soalnya aku selalu bawa bekal.).
Nah, waktu aku mulai sekolah di Tangerang, aduh, boro-boro Rp. 1000, Rp. 5000 aja baru dapet makanan yang sedang. Bener-bener deh, aku ampe berdecak gara-gara itu. Well, akhirnya aku jadi jarang jajan di sini. Hahaha, aku selalu bawa bekal dari rumah.

Terus masalah fashion. Aduh, yang ini aku bener-bener gabisa kompromi deh! Hahaha. Dari dulu aku anaknya simple. Gasuka pake yang ribet-ribet. Serius deh, andalanku itu T-Shirt, sama jeans, dan sepatu kets. Kalo mau gaya paling pake poloshirt sama flatshoes yang sporty. Pake rok? BIG NO! Kecuali kalo ke acara formal, atau ke Gereja. Tapi kalo ke mal? Gabisa deh, daripada aku bikin onar ntar (you must have known what i mean, hehe.)
Tapi jujur, aku seneng banget kalo bisa dandan kea remaja-remaja keren gitu. Make legging item, terus pake blouse, pake sepatu cantik, bawa tas cantik, aduh, enak deh ngeliatnya. Tapi gimana, ya. Aku kok gak fashionable gitu. Gayaku gitu-gitu aja. Terus pas giliran mau beli pakaian, aku gatau mo beli apa. Honestly, aku ngeliat baju kayak gitu mahal-mahal juga. Ckckck. Jadi tambah gak bisa milih. Hmm, aku merasa aneh juga sama diriku nih. Temen-temenku yang sudah "merantau" dari Sengata audah bisa menyesuaikan diri dengan gaya anak kota, dan aku gabisaaa! Tapi apa boleh buat, aku ya aku, mereka ya mereka, dan aku bangga bisa tetep menjadi diriku walaupun atmosfer dan lingkungan telah berubah.
Yap, aku masih setia dengan T-Shirt juga celana khaki dan sepatu sandalku. Hahaha.

Masalah yang lain adalah kekagokanku dengan argot aka bahasa kota. Wkwkwk. Parah deh, perlu berapa waktu sampe aku bisa ngapalin tuh "cepek", "gopek", "seceng", "noceng", "gopek", "goban", dkk. Tapi bahkan aku masih gabisa langsung connect kalo temenku bilang "cenggo" yaitu Rp. 1500. Hahaha. Parah lah, aku masih mesti minta tu bahasa ditranslate ke bahasa Indonesia. Tapi, namanya juga bahasa. Mau gimanapun lama-lama juga bisa. :D

Well, posting ini hanya tiga dari banyak hal yang masih aku bingungkan. Yeah, I can't behave like someone I don't know. I am me! Mau aku di Sengata kek, di Tangerang, di London (doakan nanti aku bisa kuliah ke sana!) atau di Harvard (ke sana juga!), aku tetap Aga yang sama. So, kawan-kawan, don't wishing me to be diferent than what i am before. Here I am, still be my self.

Proud to be myself! :)

1 komentar:

adi.m mengatakan...

oh, anak huta hhe